Minggu, 16 Desember 2012

Lagi-lagi Ada Pungli di Jalan Tol

(Spanduk yang dibentangkan di sebuah jembatan tol di Semarang: ''JALAN TOL INI TIDAK ADA PUNGLI.''/Foto: Suara Merdeka)


Entah berapa kali aku melewati jalan ini?Barangkali sudah ratusan kali.Semenjak terjun ke bisnis, kira-kira tujuh tahun yang lalu, Cirebon adalah kota yang sering aku singgahi.Di Cirebon aku belanja barang dan selanjutnya dipasarkan di Jogja dan sekitarnya.

Sebenarnya, menjadi pengusaha bukan merupakan cita-citaku sejak dulu.Pendidikan yang aku tempuh juga tidak ada kaitannya dengan dunia perdagangan.Aku lulusan sarjana Ilmu Hubungan Internasional, kalaupun ada mata kuliah mengenai ekonomi, sebatas yang masih berkaitan dengan politik.Mata kuliah ekonomi internasional misalnya, sama sekali tidak ada muatan bisnisnya.Atau dasar-dasar manajemen barangkali, yang agak menyentuh dunia para pengusaha tersebut.Tetapi kenyataannya sekarang aku menjadi pedagang he..he..

Kembali lagi ke jalan menuju Cirebon.Perjalanan ku dari Jogja ke Cirebon selalu ditemani oleh Kosim.Karyawan sekaligus teman yang sangat baik, bahkan sudah ku anggap seperti keluarga sendiri.Sebelum dengan Kosim, ketika berbelanja barang ke Cirebon, teman setiaku adalah Mahmud.Seorang guru dari Banyuwangi.Bernasib sama denganku.Dan akhirnya menjadi pedagang juga he..he..Namun sekarang, entah ke mana dia?Sudah lama aku tidak bertemu.

Dari Jogja, setelah sampai di perbatasan antara Jawa Tengah dan Jawa Barat, atau titik akhir wilayah Brebes, perjalanan dapat ditempuh dengan dua jalur.Berbelok kiri, masuk tol Kanci dan keluar di pintu tol Plumbon, atau lurus melewati kota Cirebon.Dengan masuk tol, kita dikenakan tarif namun perjalanan lebih lancar dan cepat sampai.Apabila melewati kota, perjalanan sedikit terhambat dengan kondisi lalu-lintas yang padat.Terlebih lagi ketika jam-jam sibuk, yakni antara jam 06.00 sampai 08.00.Begitu juga sore hari, antara pukul 16.00 sampai 18.00, padatnya minta ampun.

Kami lebih sering masuk tol, supaya lebih cepat sampai di lokasi.Ketika berangkat, kondisi kendaraan yang kami bawa masih kosong, belum terisi barang.Pada situasi seperti ini masih aman.Tidak ada polisi jalan raya yang memberhentikan. Dari atas kendaraan, kami menyaksikan banyak truk maupun pick up yang berhenti di pinggir jalan.Di belakangnya sebuah sedan polisi lalu-lintas menunggu disertai beberapa petugas di dalamnya.” Ngemel iki, “ gumam Kosim, yang duduk di samping.Mel merupakan istilah yang biasa dipakai untuk menyebut uang tips yang diberikan para sopir kepada aparat di jalan raya.Bisa kepada polisi atau petugas yang lain.

Salah seorang penumpang truk berlari kecil menghampiri sedan di belakangnya sambil mengulurkan sesuatu.Tidak terlihat benda apa yang diberikan.Namun para sopir kerap kali bercerita bahwa mereka harus membayar sejumlah uang kepada aparat kepolisian guna menghindari surat tilang.

Ironisnya, tidak jauh dari lokasi tersebut, terpampang spanduk yang bertuliskan, “ jalan tol ini bebas dari pungli ”.Pungli singkatan dari “ pungutan liar “.Atau pungutan yang tidak resmi.

Dalam hati aku bertanya, “ apa artinya ini?”Apakah tulisan tersebut hanya formalitas belaka?Apakah pengelola jalan tol tidak tahu praktek pungli ini? Kejadian seperti ini kerap kami temui dalam perjalanan menuju Cirebon.Bahkan kami mengalami sendiri.Ketika pulang menuju Jogja, dengan kendaraan yang dipenuhi barang di bak belakang.Petugas patroli jalan raya kerap memberhentikan kami dan meminta uang.Jumlahnya tidak tentu.Terkadang cukup dengan “ salam tempel “ sebesar Rp 5.000 saja sudah cukup.Tetapi kadangkala meminta ratusan ribu rupiah.

Sejujurnya, pungutan liar atau pungli membebani para pengusaha.Pengeluaran harus bertambah akibat dari praktek ini.Yang menyedihkan, peraturan sudah ditaati tapi masih saja harus membayar pungli.Karena menganggap kendaraan angkutan barang selalu melanggar peraturan.

Sebagai contoh, barang yang kami bawa tertata rapi di belakang.Beratnya tidak melebihi batas, terbukti ketika masuk jembatan timbang, angka yang tertera di monitor menunjukkan batas normal.Rambu-rambu segitiga berwarna merah juga terpasang di belakang.Kami juga sudah melengkapi dengan surat jalan.Tetapi masih saja dikenakan pungutan yang tidak resmi.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar