Minggu, 16 Desember 2012

Bersembunyi Di Balik Pesan Suci

Keimanan merupakan realisasi kebutuhan setiap manusia akan religiusitas.Karena keimanan bersifat personal maka seringkali logika tidak mampu mengalahkan ketundukan hati dalam menerima kebenaran tanpa bukti konkrit maupun analisa ilmiah sebelumnya.

Dan, keimanan membutuhkan realisasi yang dapat diindera oleh setiap individu karena merupakan sebuah identitas.Yang seringkali ditunjukkan dengan simbol-simbol sebagai tanda bukti adanya eksistensi di dalam masyarakat.Simbol tersebut dapat berupa pakaian, tempat ibadah, sistem pemerintahan, sistem bisnis dan lain-lain.Kita dapat melihat hal ini dalam simbol agama.

Tetapi, ketika simbol religiusitas telah dibawa ke ranah politik, tidak jarang nasibnya sangat menyedihkan.Dalam partai politik misalnya, simbol agama dapat dijadikan sebagai alat untuk meraih suara sebanyak mungkin ketika berkampanye.Padahal banyak sekali para politisi yang telah menggunakan simbol agama, sama sekali tidak pernah merealisasikan janji mereka ketika sudah terpilih, baik menjadi Dewan maupun Kepala Daerah.

Lebih menyedihkan lagi ketika simbol agama dijadikan alat para koruptor untuk mengelabuhi publik demi memunculkan citra agamis.Sebagai contohnya, para pejabat yang mendirikan tempat ibadah, naik haji, memakai surban atau kegiatan religi yang lain tetapi menggunakan uang hasil korupsi.

Boleh jadi para nabi sangat berduka seandainya masih hidup di jaman yang serba tidak pasti ini.Pesan suci dari Yang Serba Maha, justru dijadikan tirai untuk menutupi kedhaliman dan kemunafikan.Kitab suci tidak lagi berisi ayat-ayat sakral karena keluar dari mulut yang tidak bertanggung jawab.

Suatu saat nanti, publik pasti mengerti permainan para politisi yang berkedok simbol agama demi eksistensi mereka.Atau, setidaknya Tuhan akan menurunkan karmaNya demi menunjukkan keadilan di muka bumi ini.Tidak mudah menjadi pemimpin amanah.Tidak cukup dengan kerudung, surban maupun gelar haji.Tetapi amanah akan punya nilai ketika dapat terealisasi secara konkrit dalam moralitas yang tinggi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar