Selasa, 25 Desember 2012

Ruang Sempit

Ruangan yang berukuran 3x3m yang penuh makna.Dari sini aku memulai segalanya, mengembara, berkelana meski hanya dalam angan-angan.Namun, dari setiap angan dan impian, kenyataan akan dapat terwujud.

Di ruangan yang sempit ini aku menjelajah dunia, meski hanya berbekal laptop kecil beserta perangkat online yang menyertai.Ruangan yang tidak terlalu istimewa jika dilihat dari perwujudannya tetapi saya berusaha merangkum wilayah-wilayah yang tak mampu ku jangkau dengan sejengkal langkah.Dari ruangan ini aku menjejakkan pikiran dan impian ke segala penjuru.Berjalan ke arah manapun dan kapanpun aku mau.

Harapan masa depan aku ukirkan dari sini.Pun juga sejarah masa lalu yang selalu menjadi memori, aku baca kembali dari ruangan ini.Dari ruangan ini emosiku terbangun, keberanianku tergugah.Sekaligus ketakutanku membayang juga dari ruangan yang serba sempit ini.Dari ruangan ini aku optimis dan pesimis.

Tuhan, aku berusaha selalu untuk memahami kebesaranMu juga dari ruangan ini.Dari sini ku panjatkan doa, dari sini tubuh fisikku bergerak, memanjatkan puja-puji menuju langit kebesaranMu.Yang selanjutnya aku kembali mebumikan jiwaku sebagai bagian dari kehidupan manusia.

Pernah aku berlari meninggalkanmu, berharap mandapat yang lebih baik, berangan-angan memperoleh kebahagiaan.Namun, ke sini pula akhirnya aku kembali.Ternyata impian itu menipuku, angan-angan itu telah mempermainkanku.

Industri Rotan di Cirebon Kesulitan Bahan Baku

                                                        Foto: Wendy S.

Meski Menteri Perdagangan, Gita Wiryawan telah mengeluarkan peraturan pelarangan ekspor bahan baku namun industri rotan di Cirebon masih belum tercukupi, Senin (29/10/2012).

Pelarangan tersebut tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan No. 35/M-DAG/PER/11/2011 tentang larangan ekspor rotan.

Kebutuhan bahan baku rotan di Cirebon mencapai 500 ton per bulan.Kebutuhan tersebut selama ini masih di dominasi dari Kalimantan yang mencapai 70 ton per bulan.Selebihnya berasal dari Sulawesi.

Akibat kekurangan bahan baku, produksi kerajinan rotan di Cirebon menjadi terhambat.Baik untuk kebutuhan ekspor maupun dalam negeri.

Ratusan pengarajin di Tegalwangi, Kabupaten Cirebon mengeluhkan kondisi ini.Salah satunya adalah Yoyo, pemilik Anna Rottan.Yoyo mengungkapkan sering kehabisan bahan baku ketika akan memproduksi sketsel rotan.Hal ini menyebabkan terhambatnya pesanan dari berbagai daerah.

” Gimana gak terlambat, orang di gudang barangnya kosong,” ungkap Yoyo.

Yoyo mencontohkan, dulu ketika bahan baku masih melimpah para pemesan hanya butuh waktu dua minggu, barang sudah siap dikirim.Namun sekarang satu bulan belum tentu dapat disiapkan.

Selain terkendala bahan baku, harga juga menjadi persoalan, baik bagi para pengarajin maupun pedagang mebel rotan.Kenaikan harga mencapai seratus persen bahkan lebih.Hal ini juga berdampak kepada daya beli masyarakat.

Padahal kita tahu, kerajinan rotan termasuk kerajina yang unik, selain bahan bakunya langsung dari alam, produk ini sudah dikenal di manca negara.

Sebagaimana diketahui, Cirebon merupakan pusat industri rotan terbesar di Indonesia.Produknya telah diekspor ke luar negeri, banyak juga daerah yang mengambil di Cirebon.

Hal yang sama juga dialami para pengrajin rotan di Sukoharjo Jawa Tengah.

Salah satu pengusaha kerajinan ayunan bayi mengaku tidak memproduksi apabila tidak ada yang memesan.Untuk mengurangi risiko mereka menunggu para pedagang.Itupun membutuhkan waktu yang lama.Karena terkadang kehabisan bahan bakunya.