Sabtu, 15 Desember 2012

Menikmati Gemericik Arus Sungai Bawah Tanah Gua Pindul

Pintu keluar Gua Pindul, Gunungkidul, Yogyakarta (foto: Wendy Stiawan).

Tulisan ini telah dimuat di: www.indonesiatravelhits.com.

Banyak yang menyebut Gua pindul sebagai goa seksi oleh sebab adanya sungai yang mengalir di bawahnya. Biasanya kita bisa berjalan kaki menyusuri gua, tetapi di Gua Pindul kita harus menggunakan pelampung.

Objek wisata yang diresmikan 10 Oktober 2010 ini terletak di Dusun Gelaran, Desa Bejiharjo, Kecamatan Karangmojo, Gunungkidul. Untuk menuju lokasi, setelah memasuki Desa Bejiharjo, perjalanan dilanjutkan lurus mengikuti garis putih aspal. Tak lama, kita akan menemukan lokasi sekretariat Goa Pindul berada di ujung jalan. Tur penjelajahan Gua Pindul sudah termasuk dalam paket wisata Dewa Bejo (Desa Wisata Bejiharjo).

Cara terbaik menikmati keindahan stalagtit dan stalagmit di Goa Pindul adalah dengan menyusuri arus sungai bawah tanah menumpang bagian atas ban karet yang dihanyutkan. Aktivitas ini biasa disebut sebagai cave tubing. Aliran sungai yang mengalir di dalam Goa Pindul berasal dari mata air Gedong Tujuh yang tidak pernah kering meski sedang musim kemarau.

Untuk masuk ke dalam gua, kita dikenakan tarif 30 ribu rupiah per orang termasuk seorang pemandu yang mendampingi. Paket ini juga sudah termasuk sewa helm, pelampung, ban karet serta sepatu karet. Transportasi menuju lokasi disediakan oleh pihak setempat berupa kendaraan angkutan bak terbuka. Untuk mencapai lokasi gua memang dibutuhkan kendaraan yang tangguh, sebab jalan menuju lokasi agak terjal karena aspal yang mulai rusak.

Sebelum melakukan penjelajahan, pemandu memberikan pengarahan bagaimana cara melakukan cave tubing. Para pemandu berasal dari penduduk sekitar yang sudah profesional.

Di dalam goa terdapat stalagtit yang berbentuk seperti kelamin laki-laki. Oleh penduduk setempat, stalagtit itu disebut sebagai batu perkasa. Mitos yang beredar, stalagtit itu bisa menambah keperkasaan kaum pria yang memegangnya. Terlepas benar atau tidak, yang jelas banyak pengunjung pria yang mencoba memegangnya.

Ada pula stalagtit yang berbentuk hiasan dinding tirai dan batu kolom. Di sana terdapat juga air mutiara yang selalu menetes setiap kali orang lewat di bawahnya. Air mutiara sering digunakan wisatawan perempuan untuk membasuh muka. Lagi-lagi ada mitos yang beredar kalau air tersebut bisa menambah kecantikan dan membuat awet muda.

Goa Pindul membentang sepanjang 350 meter dan dapat ditelusuri kurang lebih selama satu jam. Penjelajahan gua akan berakhir pada sebuah dam yang airnya jernih.

Menurut pengelola, nama Gua Pindul berasal dari sebuah legenda setempat tentang seorang bayi yang pipinya terbentur batu saat dimandikan di goa ini. Orang jawa menyebutnya kebendhul. Oleh sebab itu akhirnya Gua ini dinamakan Gua Pindul dari asal kata kebendhul.

Para wisatawan yang berkunjung harus tetap hati-hati dalam melakukan penjelajahan meskipun sudah didampingi pemandu. Menurut informasi, terdapat dua orang korban hanyut di Bendungan Banyumoto yang masih berada di kawasan Gua Pindul. Kecelakaan itu terjadi karena wisatawan masuk tanpa sepengetahuan pengelola resmi Gua Pindul.

Jika lapar, di sekitar tempat wisata Goa Pindul terdapat beberapa warung makan yang menyediakan bakso dan minuman segar. Untuk melepas lelah setelah menjelajah gua atau menginap, kita bisa menumpang tidur dan menyewa kamar di rumah-rumah penduduk sekitar. Para penduduk sekitar ramah terhadap wisatawan, harga sewa kamar menginap pun tak bakal menguras kantung Anda. Selamat mencoba menjelajah gua!*

Kontributor Yogyakarta: Wendy Stiawan.

Pantai Sidem, Pesona Tercantik di Jawa Timur

                                Pantai Brumbun, Tulungagung, Jawa Timur (foto: Wendy Stiawan)

Tulisan ini telah dimuat di: detikTravel.com.


detikTravel Community - Hamparan pasir, batu karang, serta deretan pohon kelapa, menghiasi tiap sudut Pantai Sidem di Tulungagung, Jawa Timur. Keindahan panoramanya yang cantik ini pun jadi daya tarik untuk para wisatawan.

Hawa sejuk mulai saya rasakan begitu memasuki kawasan wisata Pantai Sidem. Pohon kelapa yang menghiasi bibir pantai, menambah keasrian pantai yang terletak di selatan Tulungagung tersebut.

Seperti pantai-pantai lain di wilayah Tulungagung, Jawa Timur, Pantai Sidem berada di balik bukit. Destinasi ini merupakan salah satu teluk di deretan Samudera Hindia.

Perjalanan menuju lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun angkutan umum. Akan lebih mengasyikkan lagi bila Anda mau berjalan kaki. Pemandangan hutan jati di sepanjang jalan juga menjadi daya tarik bagi wisatawan.

Dari atas bukit terlihat birunya air laut serta perahu-perahu nelayan yang mencari ikan. Udara siang hari yang terik tetap terasa sejuk bila Anda berada di Pantai Sidem. Hal ini dikarenakan masih banyaknya pepohonan yang tumbuh di sekitar pantai selain pohon kelapa yang menjadi cirinya.

Mendekat ke bibir pantai, kita dapat menikmati hamparan pasir berwarna putih kecokelatan. Namun sayang, masih banyak orang yang belum sadar akan kebersihan di pantai ini. Masih banyak sampah rumah tangga berserakan di mana-mana.

Di sekeliling pantai yang berpasir ini, kita juga menikmati batu karang. Lagi-lagi tempat ini sangat cocok untuk para fotografer yang ingin mengambil foto melalui jepretan kemera.

Tidak jauh dari lokasi, juga terdapat bendungan. Bendungan ini merupakan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Niama.Di sinilah pertemuan antara air tawar yang berasal dari Sungai Niama dengan air laut.

Keberadaan bendungan tersebut tidak lepas dari penyelamatan Kota Tulungagung dari banjir di era 80-an. Dengan dibangunnya Bendungan Niama, air yang dulunya menggenangi Tulungagung bagian selatan sekarang dapat mengalir langsung ke laut. Untuk masuk ke kawasan wisata Pantai Sidem, Anda cukup dikenakan tiket seharga Rp 3.000 per orang. Apabila menggunakan sepeda motor tiketnya ditambah Rp 1.000, sedangkan mobil Rp 2.000 dan kendaraan besar seperti bus Rp 2.500.

Oh iya, di lokasi pantai ini Anda dapat menikmati makanan khas Tulungagung berupa rujak. Dengan bumbu sambal kacang ditambah kerupuk yang renyah, rasanya pun nikmat.

Harga satu porsi makanan ini hanya sekitar Rp 3.500. Akan lebih nikmat lagi bila Anda memesan minuman es kelapa muda yang dipetik dari pohon sekitar pantai dengan harga Rp 5.000 per buah. Oleh karena itu, tidak rugi jika memilih Pantai Sidem ini sebagai destinasi liburan Anda.

Contributor: Wendy S.

Berwisata Sekaligus Mengenal Batuan Di Museum Karst

                                 Museum Karst di Pracimantoro, Wonogiri (foto:Wendy Stiawan).

Tulisan ini telah dimuat di: www.indonesiatravelhits.com.

Bangunan dengan bentuk unik menyambut kita begitu memasuki pintu gerbang museum.Sekilas bentuknya seperti piramida di Mesir, atapnya runcing serta terdapat beberapa anak tangga guna menaikinya.Museum karst, adalah museum kebanggaan masyarakat Wonogiri.Karena museum ini merupakan museum terunik dan terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.

Lokasi yang berada di kawasan perbukitan gamping semakin menambah daya tarik untuk dikunjungi.Sesuai dengan namanya, karst merupakan istilah dari bahasa Yugoslavia yang merujuk pada wilayah yang terdiri dari batuan yang mudah larut seperti batu gamping.Hamparan sawah serta hutan jati dapat kita nikamati seraya memasuki kawasan museum karst.Di sekitarnya terdapat beberapa gua yang keberadaannya juga masih berkaitan dengan fungsi museum.

Menurut Agung, salah seorang pemandu museum, lokasi didirikannya museum ini memang sengaja diletakkan di kawasan perbukitan gamping.Dengan tujuan para wisatawan yang berkunjung dapat belajar mengenai batuan karst dan sejarah gua.Ada tiga fungsi yang didapatkan ketika kita mengunjungi museum karst.Yakni fungsi pendidikan, fungsi rekreasi sekaligus menjaga keberadaan situs atau fungsi lindung.

“ Selain kita dapat belajar di dalam, kita juga dapat mengenal di luar.Karena gua-gua di sekitar sini juga terdiri dari batuan karst, “ terang Agung.

Di dalam museum para wisatawan diperlihatkan diorama gua serta koleksi berbagai jenis batuan gamping.Selain itu kita juga dapat menikmati film yang berkaitan dengan proses terbentuknya batuan karst.Replika manusia purba juga menjadi koleksi museum, sekaligus penggambaran kehidupan manusia purba.

Museum kars didirikan pada tahun 2008 dan efektif menjadi tempat wisata pada tahun 2010.Letaknya berada di Desa Gebangharjo, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogori.Lokasinya berada di antara tiga Kabupaten, yakni Wonogiri, Gunungkidul dan Pacitan.

Untuk masuk di dalam museum tidak dikenakan biaya alias gratis.Namun, di loket kawasan wisatan ada tarifnya karena museum karst berada di lokasi wisata Gua di Pracimantoro.Tiket masuknya beda-beda.Pada hari Senin sampai dengan Sabtu sebesar Rp 2.100 sedangkan hari Minggu Rp.3.100.Bagi yang membawa kendaraan juga dikenakan biaya masuk.Kendaraan besar seperti bus sebesar Rp.10.000, mini bus Rp.5.000, mobil Rp.3000 dan sepeda motor Rp.1000.Oh ya, museum karst pada hari Jumat tutup sementara hari-hari yang lain tetap buka termasuk hari Minggu.

Akses jalan yang beraspal dan halus memudahkan para wisatawan untuk berkunjung ke sana.Jarak tempuhnya kurang lebih 40 km dari kota Wonogiri, sedangkan dari Pacitan sekitar 50 km.Apabila dari Kabupaten Gunungkidul kita melakukan perjalanan sekitar 55 km.

Moda transportasi menggunakan kendaraan pribadi karena lokasinya berada agak jauh dari perkampungan padat penduduk.Banyak juga yang menyewa jasa travel atau ojek.Di sekitar museum banyak terdapat warung yang menyediakan makanan dan minuman untuk melepas dahaga, maklum udara di sekitar lokasi cukup panas. .

Bagi yang beragama Islam tidak perlu kuatir, di lokasi disediakan Masjid untuk tempat beribadah.Tempat ibadah lain yakni Pura bagi yang beragama Hindu.Lokasi parkir yang disediakan cukup luas dan aman. Museum karst tidak jauh dari tempat menginap.Wisatawan yang berasal dari luar kota dapat menyewa homestay di sekitar museum.Tempatnya di rumah-rumah penduduk dengan tarif Rp.50.000 per rumah.Jumlah homestay sejumlah 24 rumah.Masing-masing rumah mempunyai jumlah kamar yang berbeda-beda tergantung berapa orang yang akan menyewa.

Bagi yang biasa tidur di hotel, tidak jauh dari sana, sekitar 3 km, terdapat beberapa hotel.Tarifnya antara Rp.50.000 sampai Rp.100.000 per malam.

Museum karst menawarkan paket wisata dan edukasi yang tidak akan rugi untuk anda kunjungi.Selamat berwisata!

Kontributor Yogyakarta: Wendy Stiawan.

Nasehat Kematian


                                                     (Foto: yusufaljogjawi)


Kematian adalah nasehat apabila kita merenungi dengan kesadaran sepenuhnya.Bahwa apapun yang ada di bumi dan di langit tidak ada yang abadi.Dan dalil di dalam kitab suci mengenai setiap makhluk yang bernyawa pasti akan mati merupakan fakta yang tak terbantahkan lagi.Kematian itu nyata dan kematian itu memang ada.

Kematian sering kita lupakan dengan membohongi diri sendiri.Kematian kerap kita nafikan dengan bersembunyi dari hati nurani.Terkadang kita sangat percaya diri bahwa kita akan hidup seribu tahun lagi.Kita tidak akan dijemput malaikat maut nanti, besok atau kapanpun.Kita sering bermimpi mengenai keabadian.Kita sering menghayal tentang kesuksesan duniawi.Tetapi kita lupa bahwa kematian bisa kapan saja menghampiri.Kematian tidak dapat diprediksi oleh siapapun dan dengan cara apapun.

Kematian bukan untuk kita takuti.Kematian juga tidak mungkin dapat kita hindari.Tetapi kematian dapat kita jadikan nasehat untuk tidak mendhalimi orang lain.Kematian dapat kita jadikan sebagai peringatan untuk tidak mengambil hak-hak orang lain.Kematian dapat kita jadikan sebagai pendorong untuk selalu menciptakan keadilan.Kematian, sesungguhnya mengingatkan kita dari mana berasal dan akan ke mana kita kembali.

KEKERASAN UMAT BERAGAMA


                                                           (Foto: jawaban)

Barangkali tidak berlebihan, pernyataan yang menyatakan bahwa agama diibaratkan sebagai pisau yang bermata dua.Agama bisa ditafsirkan sebagai kesantunan, cinta kasih maupun kedamaian.Di sisi lain agama sering dijadikan alasan pembenar dalam tindakan kekerasan terhadap umat yang berbeda. Saya tidak menyalahkan agama an sich, meskipun mengiyakan ibarat '' pisau bermata dua '' tadi.Tetapi saya ---sebagai orang yang beragama---tidak bisa memahami jalan pikiran para penafsir ayat-ayat;dengan terjemahan '' legalisasi kekerasan ''.Apapun alasannya, baik menyangkut kemaksiatan, aliran yang dianggap sesat, penodaan agama tertentu dan lain sebagainya.

Sebagai bagian dari peradaban manusia, agama sering menampakkan citra ironi.Tidak lagi ideal seperti ketika para pambawa agama (Nabi/Rasul) ketika mengemban tugas dari Tuhan, yang inti sarinya adalah menyebarkan perdamaian.Agama juga kerapkali dijadikan ajang kampanye partai.Hal ini sering disebut sebagai praktek '' politisasi '' agama.Para juru kampanye tidak segan-segan mengutip ayat kitab suci, demi meyakinkan janjinya kepada para simpatisan.Meski, ada saja yang baru menghafal lafal ayat ketika mau ada kampanye partai.Politisasi semacam ini yang sebenarnya membahayakan citra ideal agama itu sendiri.Sebagai norma atau konstitusi non formal, agama seharusnya tetap berada pada wilayah yang independent tanpa ada yang berhak mempolitisir isinya.Boleh jadi inilah yang dinamakan agama yang tidak murni lagi (tidak puritan), di luar hal-hal yang berbau fiqh yang selama ini dikritik Muhammadiyah.

Kembali kepada tindak kekerasan yang dilakukan sebagian umat Islam terhadap umat agama lain; negara sebagai institusi resmi seharusnya memberikan perlindungan kepada setiap warganya yang hidupnya terancam.Apalagi telah mendapatkan perlakuan penganiayaan.Karakter sosiologis bangsa ini menunjukkan adanya tirani mayoritas terhadap minoritas.Sikap ini menimbulkan in toleransi antar umat beragama.Perbedaan tidak disikapi dengan cara dialog namun semakin diperparah dengan tindakan fisik penyerangan. Lembaga resmi keagamaan seperti MUI, juga sering menyampaikan pernyataan yang tidak fair.Dengan fatwa pengharaman kelompok tertentu lembaga itu secara tidak langsung telah memberikan angin segar bagi pelaku kekerasan.Fatwa MUI dijadikan dasar untuk melakukan penyerangan terhadap kelompok yang dianggap sesat.Sebagian umat beragama sering bersikap berlebihan dalam menilai aliran yang terus berkembang di Indonesia.

Istilah '' sesat '' begitu mudah dituduhkan kepada mereka yang mencoba berpikir hal yang baru menyangkut kayakinan.Karena faktanya, pemaknaan terhadap agama yang sudah ada sekarang terasa kering dan tidak mampu memberikan solusi persoalan sosial.Sudah bertahun-tahun kita bangga sebagai bangsa yang beragama namun persoalan korupsi dan kemiskinan tidak juga dapat diselesaikan.Setiap tahun kita menyaksikan umat yang mampu menunaikan ibadah haji; tetapi kita juga disuguhi dengan pemandangan yang menyedihkan menyangkut perekonomian.Begitu juga persoalan korupsi yang nota bene dilakukan kalangan yang agamis dalam hidupnya sehari-hari.Kalau diteliti, para koruptor tidak ada yang tidak mengakui adanya Tuhan, meskipun barangkali hanyalah lipstik karena pengaruh lingkungan dan budaya.

Pemikiran abad pertengahan atau 1500 tahun yang lalu oleh sebagian umat beragama dicoba untuk diterapkan di era sekarang.Kontan saja menimbulkan pergesekan nilai.Karena tidak lagi sesuai dengan kondisi yang ada.Improvisasi dalam memandang agama dianggap barang haram, padahal inilah yang sebenarnya diperlukan masyarakat.Sikap kaku dan arogan tidak popular lagi untuk diterapkan masa kini.Penafsiran para ulama jaman dahulu dapat dijadikan sebagai pembanding dalam memahami ilmu keagamaan.Dan seyogyanya tidak serta merta untuk diterapkan di era sekarang.Kita harus kembali kepada hati nurani.Bahwa agama sejatinya adalah penebar kedamaian bukan penyebar kebencian seperti yang belakangan terjadi.Makna ayat dalam kitab suci mengenai qital (pembunuhan), harb (perang) ataupun yang lain-lain tidak selalu identik dengan tindakan fisik.Begitu juga dengan '' jihad '' dan '' syahid ''.Kita juga bisa memaknainya denga '' ijtihad '' yang akan melahirkan '' mujtahid ''.Maknanya juga berisi '' jihad ''tetapi menyangkut pemikiran dan hal-hal yang lebih rasional.Jihad memang perang namun tidak harus bermakna qital (to kill) atau pembunuhan secara fisik.Kita seharusnya mampu membunuh para imperialis seperti Amerika yang telah melakukan penjajahan terhadap budaya, misalnya.Pembunuhan budaya dapat dilakukan dengan counter baik pemikiran maupun budaya tandingan yang lebih meng-Indonesia.

Jumat, 14 Desember 2012

BENCANA DAN KUASA TUHAN


Ratusan kepala keluarga korban bencana erupsi Gunung Merapi di Desa Glagaharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta nekat membangun rumah permanen dan menempati rumah di Kawasan Rawan Bencana III Merapi (Foto: pdk)


Berbicara mengenai hubungan antara bencana alam dengan kuasa Tuhan barangkali akan memunculkan pertanyaan-pertanyaan.Karena bencana adalah realitas sedangkan kuasa Tuhan lebih bersifat doktrinal.Bagaimana menghubungkan sebuah realitas yang kasat mata dengan doktrin yang metafisika?Mungkinkah ada relasi antara bencana alam-- yang dapat dipahami dengan ilmu empiris-- dan kuasa Tuhan yang berdasar keyakinan?Apa manfaatnya menghubungkan antara keduanya?

Perbedaan penilaian juga kita temukan; antara perspektif para ilmuan dengan perspektif ahli agama dalam memahami bencana yang beberapa tahun ini sering terjadi.Ilmuan memandang dengan pendekatan metodologi yang logis dan rasional serta menawarkan berbagai macam teori untuk menyelesaikan persoalan.Sehingga tindakan yang dilakukan lebih kepada penanganan pasca bencana serta antisipasi agar apabila bencana kembali melanda dapat diimbangi dengan teknologi yang ada.Tindakan para ilmuan lebih konkrit dan obyektif karena fokus kepada persoalan.

Sedangkan ahli agama memandang bencana dari sisi psikologis manusia.Keterbatasan kemampuan manusia dalam memahami setiap realitas yang terjadi--termasuk bencana--dapat dijadikan alternatif dalam memahami realitas.Bahwa tidak setiap yang terjadi dalam sejarah dapat dipahami secara logis dan rasional.Ada sisi lain dari jiwa manusia; yakni pengakuan adanya kekuatan di luar manusia yang serba maha.Meski begitu bagi sebagian masyarakat, pendekatan para ahli agama yang doktrinal tersebut juga berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari.Tidak jarang mereka yang dapat menyerap doktrin akan melakukan tindakan-tindakan yang lebih baik yang juga berpengaruh kepada hubungan sosial dalam masyarakat.

Dan yang lebih bermakna ketika kita dapat memahami bencana yang terjadi tidak dapat dilepaskan dari hubungan manusia itu sendiri dengan alam yang ditempati.Baik pemahaman yang disampaikan para ilmuan maupun kalangan agamawan akan bermanfaat apabila kita dapat memahami dan melaksanakan hubungan baik dengan alam.

Kehidupan; yang meliputi mikrokosmos dan makrokosmos; sadar atau tidak sadar mempunyai saling keterkaitan.Keterkaitan antara mereka harus tercipta hubungan yang mutualisme, yang artinya terjadinya keseimbangan.Apabila keseimbangan telah tercerabut maka salah satu entitas yang melingkupi akan melakukan pemberontakan.Dan pemberontakan yang ditunjukkan oleh alam dapat berupa bencana seperti yang kita lihat dan alami sekarang ini.

Universitas Patangpuluhan

 [Gb:Emha Ainun Nadjib (lahir di Djombang, Jawa Timur, 27 Mei 1953; umur 59 tahun) adalah seorang tokoh intelektual yang mengusung nafas Islami di Indonesia. Ia merupakan anak keempat dari 15 bersaudara. Pendidikan formalnya hanya berakhir di Semester 1 Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada (UGM). Sebelumnya dia pernah ‘diusir’ dari Pondok Modern Gontor Ponorogo karena melakukan ‘demo’ melawan pemerintah pada pertengahan tahun ketiga studinya, kemudian pindah ke Yogya dan tamat SMA Muhammadiyah I. Istrinya yang sekarang, Novia Kolopaking, dikenal sebagai seniman film, panggung, serta penyanyi./foto:ichwankalimasada]                            


Ketika itu Jumat malam, tepatnya tanggal 17 Desember 2010, hujan sepanjang siang tak henti-hentinya mengguyur Yogyakarta, termasuk kota Bantul.Kota yang terletak di sebelah selatan provinsi DIY itu mempunyai ciri tersendiri, khususnya pada tanggal 17, setiap bulannya.

Bertempat di pelataran sebuah TK dengan nama Alhamdulillah, terlihat ribuan orang berkumpul.Dari segala penjuru dan segala kalangan.Dari tukang becak, pengangguran, mahasiswa, seniman, tentara, pejabat, pengusaha dan masih banyak lagi.Para wanita, ada yang berjilbab atau tidak, yang laki-laki ada yang memakai peci, surban, berjenggot, tidak berjenggot, memakai celana di atas mata kaki atau tidak,sampai yang mengenakan jeans atau batik, dari yang pinter atau setengah pinter, dari yang gagal atau yang sukses.Usianya mulai dari anak-anak sampai kakek-nenek, bertemu tanpa ada yang mengundang karena memang sudah terbiasa dengan acara seperti ini. Malam itu, terdengar sayup-sayup Shalawat kepada Nabi yang dilantunkan dengan merdu oleh budayawan Emha Ainun Najib yang akrab disapa Cak Nun.Dengan busana serba putih, ia bernyanyi diiringi alunan gamelan kontemporer Kiai Kanjeng.Hujan yang sejak siang mengguyur, malam itu sudah reda, meski tanah yang mereka pijak masih tampak basah namun tidak menyurutkan langkah para Jamaah Maiyah.

Malam itu berkumpul para alumni " Universitas Patangpuluhan ".Sebuah universitas yang tidak mempedulikan legalitas, apalagi formalitas maupun identitas.Kampus yang berdiri sekitar tahun 70 an tersebut direktori oleh Cak Nun yang ketika itu drop out dari Fakultas Ekonomi UGM.Nama Patangpuluhan diambil dari daerah yang di tempati." Kampusnya tidak memakai pintu, dari pagi sampai pagi lagi selalu terbuka.Tapi gak onok maling sing mlebu, lha wong jerone gak onok apa-apane ", kelakar Cak Nun dengan gaya Jombangan.Mahasiswa di kampus tersebut terdiri dari seniman, penulis, sastrawan, jurnalis, anak jalanan atau pengangguran.Mereka di sana berdiskusi berbagai persoalan yang menyangkut realitas sehari-hari sekaligus yang mereka alami.Dan, kampus ini pula yang melahirkan para alumni seperti Cak Nun serta yang lain.

Para alumni Universitas Patangpuluhan berbagi pengalaman ke para jamaah Maiyah.Mulai dari bagaimana mencari identitas dengan kondisi yang rata-rata drop out kuliah.Mereka mengatakan, dengan tanpa bekal ijasah formal ketika itu, mereka harus menjadi orang sakti supaya dapat bertahan hidup.Bagi mereka, terlibat langsung dengan masyarakat dengan berbagai latar belakang lebih bernilai daripada hanya berteori di belakang meja.Mereka terlibat langsung dengan realitas sosial di negara ini.Bagaimana rasanya hidup susah, terjepit, kadang makan kadang puasa, adalah realitas yang mereka rasakan.

Tetapi dari kampus inilah Maiyah terbentuk, yang sekarang sudah tersebar ke mana-mana dengan nama yang berbeda-beda, bahkan sampai ke luar negeri.Jamaahnyapun sekarang ribuan orang.Melalui media ini Cak Nun dan kawan-kawan serta Kiai Kanjeng merombak cara berpikir masyarakat mengenai pemahaman agama, politik, budaya, hukum dan lain sebagainya.Terkadang melakukan hal-hal yang kontroversial, seperti, dalam pengajian tersebut sering dinyanyikan lagu-lagu Gereja maupun nyanyian orang Yahudi.Tetapi itulah pluralitas yang dikemas sedemikian rupa sehingga tetap menyegarkan hati dan pikiran.  

MASYARAKAT FACEBOOK


                                                             (Foto: berita9)



Barangkali tidak banyak yang menyadari bahwa jejaring sosial (social networking) adalah sebuah masyarakat.Apakah itu facebook, twitter dan lain-lain.Dalam sosiologi, masyarakat didefinisikan sebagai: kumpulan dari beberapa atau banyak individu yang melakukan interaksi dengan aturan tertentu.Kalau kita perhatikan syarat sederhana tadi,jejaring sosial sudah memenuhi kriteria layak disebut sebagai masyarakat.Masyarakat dalam jejaring sosial agak berbeda dengan masyarakat pada umumnya karena tidak dibatasi oleh faktor geografis.Dengan kata lain facebook atau twitter memiliki karakteristik sendiri, yakni dunia maya.Sebuah perwujudan yang mengabaikan faktor ruang, meski masih dibatasi oleh waktu.

Jejaring sosial dalam perwujudannya di dunia maya juga melakukan interaksi.Dengan facebook atau twitter, masyarakat ternyata mampu melakukan hal-hal yang juga dilakukan oleh masyarakat konvensional.Misalnya:berbisnis, saling tukar informasi, melakukan perkenalan, bertemu dengan teman lama dan masih banyak lagi yang dapat dilakukan.Masyarakat dalam jejaring sosial oleh media sering dijadikan sebagai bahan dalam pemberitaan.Kasus Prita dan Bibit-Candra misalnya, merupakan contoh yang pernah diolah oleh media, yang akhirnya mempengaruhi kebijakan penegak hukum dalam mengambil kebijakan atas keduanya.Dengan kamajuan teknologi , masyarakat dalam facebook atau twitter lambat laun akan membentuk kebiasaan yang dinamakan budaya atau kebudayaan.Dalam bentuk yang lain, tidak seperti budaya sebelumnya.Bahkan, pola yang ada dalam masyarakat----konvensional----sejak lama dapat dirubah dengan melakukan interaksi manggunakan provider jejaring sosial.Ditambah lagi pola interaksi masyarakat konvensional yang sudah mengalami banyak kendala sekaligus hambatan.Persoalan kemacetan di jalan salah satunya.Meskipun sekarang baru mendominasi kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya atau Medan, nantinya juga akan menimpa kota-kota lain di Indonesia.Kemacetan merupakan persoalan seruis dalam negara.Akibat kemacetan, roda perekonomian maupun pemerintahan sangat terganggu.Kecepatan dan ketepatan waktu sering terbuang sia-sia dengan adanya kemacetan.

Orang Eropa tidak mau lagi adanya batasan ruang dalam interaksi keseharian.Mereka menuntut untuk dihilangkannya batas-batas negara dengan tujuan akses untuk ke luar wilayah di kawasan Eropa bisa lebih mudah.Konsep negara hanya dijadikan indentitas semata, sebagai pembeda------tempat di mana mereka dilahirkan.Mata uang Euro adalah salah satu antitesa dari batasan yang selama ini dianggap sebuah belenggu.Masyarakat pengguna jejaring sosial sebenarnya juga bisa melaksanakan seperti yang biasa dilakukan masyarakat konvensional.Tinggal membangun strukturnya.Perekonomian yang nota bene adalah tonggak kebutuhan manusia, juga dapat dijalankan dengan jejaring sosial.Hal ini akan lebih efektif karena menghemat biaya serta waktu.Kita tidak perlu ke mana-mana hanya untuk membeli sesuatu.Begitu juga dalam hal pemerintahan.Masyarakat jejaring sosial juga dapat menciptakan struktur pemerintahan dengan model tertentu.Sehingga perang dengan alasan geografis tidak akan kita dengar lagi.Terciptanya struktur masyarakat jejaring sosial dapat dijadikan alternatif dari bentuk masyarakat yang sudah ada.Kita sudah merasa jenuh dengan pemerintahan yang korup, pemilihan kepala daerah atau anggota legislatif yang memakan biaya besar namun hasilnya nol besar pula.Dengan pola tersendiri, dunia maya dapat membentuk masyarakat bahkan pemerintahan yang lebih rasional dan efektif.Tidak hanya mengulang kesalahan-kesalahan masa lalu di mana hasilnya tidak lebih baik.

Dunia global memungkinkan pemikiran gila seperti ini.Dalam masyarakat dunia maya, juga akan diangkat Presiden, menteri-menteri, bupati dan seterusnya, secara online.Alam, seandainya mampu berteriak, sudah amat jenuh menyaksikan kekonyolan yang dilakukan manusia selama ini.Tindakan yang seringkali hanya merugikan pihak lain tidak juga dapat dihilangkan, sejak ratusan tahun yang lalu sampai sekarang.Dengan menciptakan dunia sendiri, subyek----manusia-----memiliki alternatif untuk melakukan perubahan.Bukan hanya revolusioner tetapi supra-revolusioner.Namun, pertanyaannya apa mungkin hal ini dilaksanakan?

REFLEKSI MEI '98


Gb:Protes mahasiswa menolak Sidang Istimewa MPR dengan tentara pasukan marinir mengamankan kerusuhan yang terjadi di sekitar Jembatan Semanggi, Jakarta, 1998.(Foto: hajingfai)



Sebegitu tajamkah pragmatisme menghujam dalam budaya kita?Sehingga para mahasiswa tidak lagi menjadi '' poros perubahan '', seperti ketika itu, tiga belas tahun yang lalu.Kini kita tidak dapat lagi menyaksikan keringat perjuangan atau darah kritisisme dari mereka.



                     Gb:Panser PHH ABRI pada kerusuhan Jakarta 14 Mei 1998(Foto: hajingfai)


Liberalisme; pun juga Kapitalisme telah menyebabkan para mahasiswa menjadi limbung menghadapi perubahan.Kampus-kampus telah menjadi pusat kesenangan, pusat kemewahan; perkuliahan menjadi jembatan melangkah menuju prestise semata.



  Gb:Massa membalik dan membakar mobil pada kerusuhan tanggal 14 Mei 1998 di jalan Hasyim          Ashari, Jakarta(Foto: hajingfai)

Apakah ini yang dinamakan menyesuaikan diri?Ataukah ini budaya yang salah kaprah dan salah arah?

REVOLUSI SEJATI

                                                                   (Foto: foreignpolicy)


Timur Tengah bergejolak dengan revolusi.Dengan menyuarakan demokrasi sebagai pilihan, rakyat menuntut setiap pemimpin yang diktator untuk segera melepaskan jabatannya.Mulai dari Tunisia, Mesir, Bahrain, Yordania, Yaman maupun yang lainnya.Gerakan massa tidak mampu lagi dibendung oleh aparat keamanan meski sekian ribu peluru mengancam.

Moncong senjata yang diarahkan seakan drama yang tidak perlu ditakuti.Tank-tank para serdadu tidak mampu membuat nyali para demonstran menciut.Mereka terus bergerak sampai revolusi benar-benar terjadi.

Tetapi dalam catatan ini saya ingin berbicara lain mengenai revolusi.Revolusi yang kita saksikan di Timur Tengah syarat dengan kepentingan.Tidak selamanya yang mereka teriakkan merupakan kebenaran.Setidaknya kebenaran yang diukur dengan kepentingan.

Kita juga memerlukan revolusi diri sendiri.Revolusi dari kemiskinan, kebodohan, fanatisme yang berlebihan maupun dari budaya korupsi yang setiap hari menyelimuti.

Kata Sukarno, tidak ada revolusi yang ' ready for use '.Setiap revolusi memerlukan pengorbanan.Begitu juga dalam merevolusi diri sendiri.Kita perlu berkorban demi terlepas dari keterpurukan.Kita juga memerlukan keringat untuk lari meninggalkan kesengsaraan.

Ketika era Suharto dengan Orde Baru yang mengerikan.Bagi mereka yang ingin berlaku bebas.Revolusi yang terjadi di Iran pada 1979 adalah hantu yang menakutkan.Suharto membungkan setiap informasi yang membahas revolusi.Ketakutan revolusi di Iran untuk diekspor membuat Orde Baru berlaku diktator.Demi melanggengkan kekuasaan.

Tetapi kediktatoran Orde Baru telah kita gantikan dengan demokrasi.Meski mempunyai tujuan yang lebih baik namun bukan berarti tanpa kekurangan.Revolusi bagi bangsa ini akan lebih baik bila dimulai dari diri sendiri.Masing-masing individu melakukan revolusi.Ke arah yang lebih baik dan tertata.

Bila revolusi di Timur Tengah sarat dengan kepentingan maka di sini kita disatukan dengan satu kepentingan yakni kebenaran.Kebenaran dalam bersikap sebagai warga negara, sebagai pemimpin maupun yang lain.

KAIFAL HAL YA.. MESIR

                                                   (Foto: eramuslim)

Irhal Mubarak...., yashut Hosni Mubarak....., turunkan Mubarak..., kurang lebih demikian makna kata-kata yang terpasang pada spanduk para demonstran.Seruan itu ditujukan kepada pemerintah incumbent.Boleh jadi awal tahun 2011 ini adalah hari pelengseran (yaum al-masah/the day of slide down) bagi pemerintahan Hosni Mubarak.

Demonstrasi di Mesir yang sudah berlangsung lebih dari sepekan ini menjadi perbincangan banyak forum dunia dan Indonesia khususnya.Secara psikologis bangsa kita mempunyai kedekatan dengan bangsa Mesir.Pertama, karena sama-sama mayoritas berpenduduk Muslim. Kedua, karena banyak WNI yang tinggal di sana baik untuk studi maupun urusan pekerjaan.Setiap hari media cetak dan elektronik di Indonesia memperbincangkan peristiwa ini.Salah satunya TV One.Para ahli dan pengamat Timur Tengah yang selama ini menghilang, kini muncul kembali.Di antaranya adalah Riza Shihbudi, Ulil Abshar Abdalla dan Salim Said.Dalam wawancaranya di TV One, Riza Shihbudi, memandang demonstrasi di Mesir merupakan peristiwa dilematis.Karena tidak dipersiapkan pemimpin baru oleh rakyat, pasca Mubarak nanti.

Kita mengenal ISMES ( The Indonesian Society for Middle East Studies), organisasi yang mengkaji persoalan-persoalan di Timur Tengah.Tapi sekarang gaungnya jarang kita dengar lagi.Peristiwa revolusi di Iran tahun 1979 disusul perang Irak-Iran, perang Teluk yang melibatkan Irak dan Kuwait, dan akhirnya konflik Gaza, antara Israel-Palestina, menjadi perhatian organisasi ISMES.

Beberapa pengamat yang membahas demonstrasi di Mesir antara lain adalah Salim Said.Menurut doktor yang juga ahli militer tersebut, demonstrasi di Mesir kali ini merupakan peristiwa yang langka.Di Timur Tengah; belum pernah terjadi massa menggulingkan presiden yang diktator tanpa dipimpin oleh calon diktaror juga.Dengan kata lain, sejarah Timur Tengah mencatat, diktator selalu digulingkan oleh tokoh yang nantinya menjadi pengganti.Tetapi ternyata dia juga kembali menjadi diktator baru.Apa yang kita saksikan di Tunisia dan Mesir kali ini sebagai pemandangan berbeda.

Sedangkan Ulil Abshar Abdalla, mencoba menghubungkan peristiwa Mesir dengan teori Huntington tentang '' Gelombang Demokrasi Keempat ''.Sebentar lagi dunia global akan melihat dua negara besar dapat menjalankan demokrasi dengan baik, yakni, Indonesia dan Mesir.Fakta ini sekaligus menjawab keraguan banyak pihak mengenai keserasian antara Islam dan demokrasi.Selama ini Islam sering dikatakan tidak dapat menjalankan demokrasi.

Sementara di Teheran, Iran.Dalam khotbah Jumatnya, Ayatullah Ali Khamenei mengatakan, '' selama 30 tahun negara Mesir dipegang oleh orang yang tidak mencari kebebasan dan merupakan musuh orang yang mencari kebebasan.Hosni Mubarak merupakan teman, sahabat dan pelayan Zionis.Mubarak melayani Amerika Serikat agar dapat mengeruk kekayaan dari Mesir ''.Peristiwa di Tunisia dan Mesir, kata pemimpin spiritual Iran tersebut, merupakan tanda kesadaran Islam di Timur Tengah.Bangkitnya kesadaran ini akan merugikan Amerika Serikat dan Israel (Vivanews, 5 Februari 2011).

Berkaitan dengan hal tersebut, Joseph S Nye menjelaskan, peristiwa di Timur Tengah dipengaruni oleh arus informasi yang tidak dapat dibendung.Dalam bukunya, '' The Future of Power '', mantan wakil menteri pertahanan Amerika Serikat ini mengatakan, demonstrasi di Tunisi yang dipublikasikan melalui twitter dan televisi Al Jazeera telah mempengaruhi rakyat di Mesir.Dalam teorinya, politik global tidak lagi menyangkut pemerintah belaka, namun juga dunia informasi.Era informasi memandang begitu pentingnya peranan informasi, yang juga dikenal dengan '' Revolusi Industri Ketiga ''.Di mana informasi seakan telah meruntuhkan tembok penghalang antara pemerintah (Government) dan bukan pemerintah (Non Government).Organisasi swasta seperti perusahaan, LSM dan teroris mempunyai andil dalam percaturan politik global.Monopoli birokrasi tradisional akan melemah karena perkembangan teknologi informasi.

AGAMA WARISAN ORANG TUA

                                                     (Foto: atjehcyber)

Catatan saya kali ini merupakan hasil diskusi dengan salah seorang teman mengenai agama.Dan telah kami lakukan selama bertahun-tahun.Bagi kami, memeluk agama---yang kebanyakan dari kita hanyalah sebagai warisan dari orang tua atau sebagai agama keturunan---masih menjadi pertanyaan besar.

Sebelum berdiskusi kami melepaskan sementara identitas kami sebagai pemeluk agama tertentu, supaya dapat berargumen dengan obyektif.Karena penilaian kepada agama kita sendiri lebih bersifat subyektif.Kalau agama kita ibaratkan sebagai rumah maka kami mencoba ke luar dulu, dengan tujuan dapat melihat bentuk rumah kita.Apa nilai positif dan negatif dari rumah kita akan terlihat ketika berada di luar.Ketika masih berada di dalam, otomatis kita mengatakan rumah kitalah yang paling benar.Karena belum pernah membandingkan dengan rumah orang lain.

Kesimpulan dari diskusi tersebut saya tempatkan di awal tulisan.Kesimpulannya adalah demikian.'' Bahwa kita sebenarnya tidak mempunyai alasan obyektif untuk menyalahkan agama orang lain (menganggap agama orang lain salah).Sikap intoleransi atau tidak toleran dengan orang yang berbeda keyakinan dengan kita, sangat konyol dilakukan.Apalagi sampai melakukan tindakan fisik berupa kekerasan ''.

Menerima doktrin agama dari orang tua sejak kecil bagi kebanyakan orang tidak menjadi persoalan.Namun bagi sebagian yang lain---termasuk kami---merupakan hal yang masih sangat perlu dipertanyakan kebenarannya.Agama yang nota bene sebagai warisan orang tua akan menjadi hal yang bersifat dogmatis.Artinya, kita tidak diberi kesempatan untuk memilih agama mana yang kita anggap paling benar.Karena agama yang kita anggap paling benar adalah yang seperti diwariskan oleh orang tua.

Sebagai entitas yang diwariskan, agama bersifat turun temurun.Orang tua kita menerima agama mereka juga dari orang tua sebelumnya.Begitu seterusnya.Hal ini memang tidak dialami oleh setiap individu tetapi mayoritas masyarakat mempunyai pengalaman seperti ini.Sehingga wajar kalau seseorang dengan warisan dari orang tua berupa agama X akan mengatakan bahwa X sebagai agama yang paling benar.Begitu juga dengan keluarga orang lain yang mewarisi agama Y, otomatis juga mengatakan bahwa agama Y yang paling benar.

Kemudian apa yang salah dengan kedua keluarga tadi.Yang pertama hidup dengan agama X sedangkan yang kedua menjalankan kehidupan dengan agama Y.Kita akan menemukan fakta masing-masing menganggap agama merekalah yang paling benar.Hal ini wajar karena bersifat turun temurun.Kalau kita renungkan, tidak ada alasan saling menyalahkan karena masing-masing sudah mempunyai ukuran kebenaran sendiri-sendiri.

Apabila logika kita balik, individu yang beragama X tadi dilahirkan di keluarga Y maka secara tidak langsung juga akan mengatakan bahwa agama Y-lah yang paling benar, bukan X lagi.Begitu juga sebaliknya, kalau yang beragama Y seandainya dilahirkan di keluarga X maka akan menganggap bahwa X-lah yang paling benar.Persoalan ini akan menjadi pengalaman setiap orang yang beragama.Tidak hanya agama X dan Y saja, namun bisa agama A, B, C.... dan seterusnya.

Faktor lain yang mempengaruhi penerimaan agama mana yang dianggap benar adalah geografis.Persoalan ini pernah dibahas oleh seorang ulama Iran, Murtadha Mutthahhari.Faktor geografis sangat mempengaruhi pemilihan agama karena merupakan lingkungan yang berisi masyarakat.Singkatnya demikian, individu yang dilahirkan di wilayah yang mayoritas beragama X akan otomatis memeluk agama X karena dalam masyarakat tersebut agama yang dianggap benar adalah X.Begitu juga dengan individu yang dilahirkan dalam masyarakat yang beragama Y, maka akan beragama Y karena agama Y yang dianggap benar.Sekali lagi hal ini tidak mutlak menjadi pengalaman setiap individu tetapi dialami oleh mayoritas orang.Contoh konkritnya, orang yang dilahirkan di Israel yang mayoritas beragama Yahudi akan menganggap bahwa agama Yahudi paling benar.Sedangkan orang arab akan menganggap agama Islam paling benar karena mayoritas di Arab beragama Islam.Bagaimana kalau mereka dibalik?Bukankah agama yang akan dianggap benar juga sebaliknya?

Dari gambaran di atas kita dapat menarik garis besarnya.Karena kelahiran merupakan hak prerogratif Tuhan---kita tidak dapat memilih dilahirkan di mana, dari keturunan siapa dan sebagainya---maka orang yang memeluk agama tertentu tidak melakukan kesalahan.Meskipun oleh orang lain yang berbeda agama atau keyakinan akan dianggap salah.Dengan demikian, masing-masing individu pasti mempunyai keyakinan yang kuat mengenai kebenaran yang mereka anut.Kalau masing-masing merasa benar dan memang seharusnya demikian, apa yang menjadi alasan kita untuk menyalahkan mereka?Begitu juga mereka tidak mempunyai alasan untuk menyalahkan kita.

Oleh karena itu konflik yang terjadi menyangkut persoalan agama atau keyakinan sangat memprihatinkan.Kalau kita mau merenungkan hal-hal spritual maka kita akan menghindari sikap fanatisme yang berlebihan.Dengan maksud, sebagai orang yang beragama tidak bersikap eksklusif terhadap agama orang lain.Namun kita kembangkan sikap inklusif dengan orang yang berbeda agama.

AYAT-AYAT ALLAH

                                             (Foto: semestainstitute)

Seperti biasanya sebelum berdiskusi Cak Nun mengajukan pertanyaan.Malam itu majlis ilmu Maiyah oleh Emha Ainun Najib dibuka dengan sebuah pertanyaan, ''mengapa kita perlu Al Quran?''.Padahal sebelumnya manusia tidak memerlukan kitab suci untuk menemukan kebenaran? Cak Nun menambahkan.

Majlis ilmu, Maiyah, yang kalau di Jogja dinamakan ''Mocopat Syafaat'', diselenggarakan setiap tanggal 17, bertempat di halaman TK milik Cak Nun sendiri.Malam itu juga seperti malam-malam sebelumnya, alunan musik Kiai Kanjeng mengiringi shalawat yang sekali waktu dikumandangkan.

Kita memerlukan Al Quran karena tidak semua persoalan dapat dijangkau oleh akal.Kalau hanya ingin berbuat baik semata, kita dapat menemukan dengan nurani dan akal.Tetapi pengetahuan hal-hal yang ghaib misalnya, tentu akal tidak bisa menjawabnya, kata Emha.

Allah telah memberi petunjuk kepada kita berupa ayat qauniyah dan ayat qauliah.Qauniah berupa alam semesta.Di mana awal penciptaannya berupa cahaya.Alam semesta merupakan sebuah tanda, baik berupa kenikmatan dari Allah maupun peringatan Allah kepada kita.Bencana alam, seperti gempa sebenarnya adalah tanda ketentuan Allah atas perbuatan yang telah kita lakukan selama ini.Namun banyak manusia yang tidak mampu memahami tanda-tanda.Oleh karena itu sudah berkali-kali dikirim bencana masih saja bebal.Tidak berusaha memperbaiki sikap dengan perbuatan mulia.

Ayat yang kedua yaitu Qauliah berupa kitab suci Al Quran.Di mana merupakan rangkaian dari kitab-kitab yang diturunkan Allah kepada nabi sebelum Muhammad saw.Sebelumnya ada Taurat, Zabur, Injil dan akhirnya Al Quran.Semuanya adalah tanda dari Allah, untuk memberikan informasi persoalan-persoalan yang tidak mampu dijangkau akal manusia.

Manusia terlahir memang dianugerahi akal yang mampu membedakan mana yang baik dan buruk.Tetapi banyak yang hanya menuruti hawa nafsu saja.Tindakan yang hanya menuruti hawa nafsu akan melahirkan kepuasan semata.Sedangkan yang menggunakan akal akan mencapai kenikmatan. Maiyah malam itu diakhiri bebarapa kalimat Cak Nun, yang kurang lebih demikian, ''janganlah memalingkan hidupmu beserta keluargamu selain untuk masa depanmu dan keluargamu.Dan hendaknya kita selalu dalam kondisi dikepung oleh ketaqwaan kepada Allah swt''.

Beberapa Wilayah Kajian Al Hikam

                                                       (Foto: isyraq)

Di kalangan sufi ada kata mutiara dari firman Tuhan yang maknanya mendalam, yakni " man 'arafa nafsahu fa qad  'arafa rabbahu ", dan biasa diterjemahkan, " barangsiapa mengenal dirinya maka ia akan mengenal Tuhannya ".

Saya sendiri sampai sekarang belum paham benar makna yang sesungguhnya dari kalimat tersebut.Namun isi dari kitab Al Hikam yang dikarang oleh Ibnu Athaillah setidaknya membuka pencerahan untuk memahaminya.

Saya memang tidak secara langsung membaca sendiri kitab para sufi tersebut.Tetapi dengan bimbingan para guru sufi akan lebih memudahkan dalam mencerna setiap teks yang tertulis.

Selain itu, acara-acara keagamaan juga banyak yang mengkaji ajaran-ajaran Ibnu Athaillah meski terkadang tidak menyebutkan secara langsung.Misalnya, acara di radio KBR 68H, beberapa tahun yang lalu ada program yang bernama " Kongkow Bareng Gus Dur ", sebelum diskusi moderator selalu membacakan kutipan isi dari Al Hikam yang dilanjutkan dengan pembahasan oleh Gus Dur.

Di Jogja, setiap tanggal 17 ada " Mocopat Syafa'at " yang dipimpin oleh Cak Nun atau Emha Ainun Nadjib.Dalam acara ini Al Hikam tidak dibacakan maupun dikaji secara langsung.Namun ajaran tentang berserah diri, kepasrahan hanya kepada Tuhan selalu disampaikan oleh Cak Nun.Dan secara tidak langsung hal ini berkaitan dengan ajaran Ibnu Athaillah juga.

Satu lagi kajian yang sering disampaikan oleh Cak Nur atau Nurkholis Madjid.Di mana Cak Nur, memaknai Islam sebagai agama penyerahan diri.Ajaran ini secara tidak langsung juga mengajarkan makna dari isi Al Hikam.Tokoh Himpunan Mahasiswa Islam(HMI) tersebut menyebut Islam sebagai agama yang membawa kepada keselamatan bukan kekerasan.

Masih banyak lagi kajian-kajian Al Hikam yang dapat kita ikuti.Di Jawa Timur, KH Imron Jamil juga secara langsung membahas Al Hikam.Di Bandung AA Gym atau KH Abdullah Gymnastiar juga membahas kitab yang sama.







Minggu, 09 Desember 2012

Cerita Ku



(Foto:Unjuk rasa "Stop Kekerasan terhadap Jurnalis" di monumen Chairil Anwar, Malang, Jawa Timur, (26-11-2012). Sebagai wujud solidaritas pada rekan mereka yaitu Jurnalis Harian Metro, Aryono Linggoto yang terbunuh di Manado/TEMPO)



Dari dulu aku memang menyukai jurnalistik.Bahkan sejak kecil aku bercita-cita menjadi seorang wartawan.Inspirasinya berasal dari sebuah buku yang judulnya tidak ku ingat lagi.Dalam bayanganku saat itu, wartawan merupakan profesi yang penuh tantangan.Dan aku suka itu.

Akhirnya aku masuk menjadi reporter di sebuah surat kabar lokal di Surabaya.

Namun belakangan, dunia bisnis juga menarik buatku.Ketertarikan ini pada mulanya berasal dari saran salah seorang teman.Yang satu kantor denganku.Dia sekarang menjadi pengacara di Surabaya.Ketika sama-sama menjadi wartawan, sebagai senior, dia bukannya mengajari bagaimana cara menjadi jurnalis yang profesional.Atau mengajari bagaimana cara wawancara serta liputan yang baik.Namun seringkali berbicara bagaimana menjadi pengusaha.

Singkatnya, aku tertarik juga mendengar cerita teman dia yang sudah sukses dalam bisnis.

Saat itu aku memutuskan keluar dari wartawan.Kembali ke Jogja, kata yang akrab di masyarakat untuk menyebut Yogyakarta.Di mana aku dulu kuliah di sana.

Jogja merupakan kota saya yang ketiga.Setelah Trenggalek, tempat aku dilahirkan.Dan Tulungagung, di mana aku dibesarkan.

Di Jogja, bertemu dengan seorang teman yang pengusaha.Dulunya ia seorang guru matematika di Banyuwangi.Namun pada akhirnya memilih menjadi pengusaha.Alasannya sih ingin penghasilan yang lebih gede he..he..

Singkat cerita akhirnya aku berbisnis.Alhamdulillah jalan.Meski sampai saat ini masih harus terus belajar.

Dunia jurnalistik telah aku tinggalkan kurang lebih selama lima tahun.Aku rindu kembali pada jurnalistik.Kebetulan juga seorang teman yang ada  di Jakarta dan sekarang memimpin sebuah media online menawari menjadi kontributor berita.

Langsung saja aku menerima.Meski hanya kontributor atau koresponden namun dapat mengobati kerinduanku dengan dunia kewartawanan.

Dan, sekarang aku berusaha sebaik mungkin menjalankan dua profesi yang berbeda.Menjadi pengusaha dan menjadi wartawan.


Kembali Menulis

                                                               (Foto: mifka)


Kumpulan tulisan ini merupakan blog saya yang kedua.Setelah blogku yang lama tidak dapat dibuka karena lupa passwordnya.Saya memang senang menulis, meskipun dalam bentuk apa, saya sendiri tidak perduli.Yang penting bisa menulis itu saja untuk sementara sudah cukup.

Menulis bagai saya terkadang menjadi kebutuhan.Bisa juga dikatakan rekreasi, setidaknya sekali lagi buat saya sendiri.Karena dengan menulis, apa yang kita fikirkan, apa yang kita lihat dan apa yang kita alami dapat tersampaikan dan tersalurkan.

Oleh karena itu ketika blogku tidak dapat dibuka, tulisanku tercecer di beberapa tempat.Di catatan dalam facebook, di blog milik media online seperti kompasiana atau detik travel.

Dengan membuat blog ini saya berharap tulisan saya, apapun bentuknya dapat aku buka setiap saat.