Kamis, 20 Desember 2012

Wajah Pers Indonesia

                                                                Foto: talkingbiznews


Kalau kita perhatikan wajah televisi---sebagai bagian dari pers di Indonesia--- tampak hanya dua warna.Khususnya televisi berita, yakni televisi yang mayoritas isi acaranya adalah berita.Wajah yang dimaksud adalah '' merah '' dan '' biru ''.Dua wajah yang ditampilkan televisi berita idealnya beraneka warna, namun belakangan semakin menyempit ke-hanya dua muka, masing-masing memperlihatkan penjelmaan pemiliknya.Sebagai televisi swasta, tv One maupun Metro tv, sah-sah saja mau berbuat apa, asalkan tidak melanggar UU Pers maupun kode etik jurnalistik.Dan publik sebagai penikmat acara juga dimaklumi apabila mengalami kejenuhan, meskipun tidak semuanya.

Dalam jurnalistik, teori dasar mengenai istilah '' Cover Both Sides (CBS) '' tidak lagi kaku seperti sebelumnya.Pemaknaan CBS lebih elegan karena para wartawan dapat mengimprovisasi saat berada di lapangan.CBS dalam penerapannya sering diimbangi dengan pola '' Cover Many Sides ''.Improvisasi ini dirasa oleh para jurnalis sebagai perkembangan dalam ilmu jurnalistik karena para wartawan juga manusia yang memiliki rasa.Tidak harus kaku dengan mengabaikan rasa kemanusiaan.

Improvisasi dalam dunia jurnalistik atau pers dapat diterjemahkan ke dalam misi masing-masing media.Sebagai contohnya dua televisi di atas, yang arahnya dapat dibaca mau ke mana.Perkembangan makna ini seiring dengan perkembangan cara berpikir publik dalam menilai media.Bila media dinilai sebagai corong partai atau ormas tertentu maka lama kelamaan publik juga akan meninggalkannya.Alasan publik untuk beralih pada media lain bukan tanpa alasan dan pilihan.Kepergian publik dari media konvensional karena ada alternatif lain yaitu internet.Dalam wujud facebook (fb) dan twitter.Kedua media ini memberikan ruang kepada khalayak ramai untuk berpartisipasi aktif dalam menyampaikan pendapatnya.Tidak seperti media konvensional, publik hanya sebagai pihak yang pasif menerima apapun yang disampaikan media.

Dalam artikel di Jawa Pos yang berjudul '' Tahun 2011 Tumbuh kekuatan Baru:Pilar Kelima ", Sirikit Syah, menempatkan internet pada pilar kelima sebagai penyangga negara; setelah: legislatif, eksekutif, yudikatif dan pers ( Thomas Jefferson tahun 1787).Para netter yang memilih fb dan twitter akan semakin dominan di tahun 2011 ini.Garakan moral pada fb dan twitter telah membuktikan keberhasilannya pada kasus Bibit-Candra maupun Prita.Garakan ini juga terinspirasi oleh terpilihnya Obama sebagai presiden Amerika yang berkampanye malalui facebook.

Masyarakat atau publik sekarang tidak begitu saja dapat digiring oleh isu pers.Sikap kritis mulai ditunjukkan publik ketika lebih memilih internet daripada media konvensional.Dari penelitian, pilihan publik ke internet telah mengurangi waktu mereka dalam menonton televisi di Amerika.Internet juga mengurangi publik dalam membeli media cetak.Sehingga beberapa media cetak baik di Indonesia maupun luar negeri mengalami penurunan oplah secara signifikan. Media dengan segala atributnya dapat menentukan warna apa yang menjadi tayangan program.Tetapi publik dengan kekritisannya juga akan memilih media mana yang mereka anggap mewakili kepentingannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar