Jumat, 14 Desember 2012

REFLEKSI MEI '98


Gb:Protes mahasiswa menolak Sidang Istimewa MPR dengan tentara pasukan marinir mengamankan kerusuhan yang terjadi di sekitar Jembatan Semanggi, Jakarta, 1998.(Foto: hajingfai)



Sebegitu tajamkah pragmatisme menghujam dalam budaya kita?Sehingga para mahasiswa tidak lagi menjadi '' poros perubahan '', seperti ketika itu, tiga belas tahun yang lalu.Kini kita tidak dapat lagi menyaksikan keringat perjuangan atau darah kritisisme dari mereka.



                     Gb:Panser PHH ABRI pada kerusuhan Jakarta 14 Mei 1998(Foto: hajingfai)


Liberalisme; pun juga Kapitalisme telah menyebabkan para mahasiswa menjadi limbung menghadapi perubahan.Kampus-kampus telah menjadi pusat kesenangan, pusat kemewahan; perkuliahan menjadi jembatan melangkah menuju prestise semata.



  Gb:Massa membalik dan membakar mobil pada kerusuhan tanggal 14 Mei 1998 di jalan Hasyim          Ashari, Jakarta(Foto: hajingfai)

Apakah ini yang dinamakan menyesuaikan diri?Ataukah ini budaya yang salah kaprah dan salah arah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar