Minggu, 30 Desember 2012

Merasakan Sensasi Tinggal di Rumah Dome


                                                          Masjid di Rumah Dome(foto:wendy s)

Telah dimuat di: www.indonesiatravelhits.com

Bukan hanya rumah Joglo yang dapat kita temukan di Yogyakarta. Ada rumah yang unik, bentuknya seperti kubah. Rumah ini dinamakan Rumah Dome. Masyarakat setempat menyebutnya dengan istilah rumah telletubies.

Keberadaan rumah Dome tidak lepas dari peristiwa gempa Yogya pada 27 Mei 2006. Untuk merelokasi warga Dusun Nglepen yang tempat tinggalnya hancur akibat gempa, Domes For The World Foundation, NGO dari Amerika membangun rumah yang tahan gempa. Tahan gempa, karena struktur bangunan tidak memiliki sambungan yang kerap menjadi titik lemah bangunan ketika terjadi gempa.

Rumah Dome dihiasi dengan tanaman mangga yang rindang. Letaknya yang berada di bawah bukit sangat nyaman untuk dikunjungi. Lokasi perumahan terletak di Dusun Nglepen, Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman. Akses menuju lokasi perumahan tidak sulit. Ada dua jalur yang bisa ditempuh. Dari arah utara atau dari Candi Prambanan jaraknya kurang lebih sembilan kilometer. Sedangkan dari jalur selatan, melalui arah Yogyakarta-Wonosari jaraknya sekitar empat kilometer.

Menurut pengelola, Mas Sakiran, Rumah Dome sering dikunjungi para wisatawan baik domestik maupun mancanegara. Yang menjadi daya tarik dari rumah ini adalah bentuknya. Di Indonesia hanya terdapat di Yogyakarta. Sejarah terbentuknya juga menjadi daya tarik tersendiri. “Mereka ke sini pingin melihat bentuknya. Kemudian yang kita jual adalah ceritanya,” terang Sakiran. Para penduduk menempati rumah ini karena tempat tinggal mereka tanahnya amblas ketika terjadi gempa sekitar enam tahun yang lalu.

Rumah Dome efektif menjadi tempat wisata mulai tahun 2009 menempati lahan seluas dua hektare. Nama aslinya adalah New Nglepen Village, diambilkan dari nama dusun para penduduk yang direlokasi berasal. Biaya perawatan berasal dari swadaya pengelola serta bantuan dari PNPM Pariwisata. Rumah Dome di Dusun Nglepen berukuran diameter tujuh meter, biaya untuk membuat satu unit rumah menghabiskan dana sekitar Rp 80 juta.

Bangunan yang berdiri pada Mei 2006 ini berjumlah 80 rumah, dengan rincian 71 rumah hunian, 6 MCK dan 3 fasilitas umum yang terdiri dari masjid, aula serta poliklinik kesehatan. Untuk sekedar melihat-lihat dan berfoto-foto di kawasan Rumah Dome cukup membayar tiket Rp 2.000. Pengelola juga menyediakan paket wisata khusus dengan didampingi pemandu, tarifnya cukup Rp 5.000 saja. Mereka diajak melihat kondisi dalam rumah, bisa memanfaatkan aula serta diajak tracking di wilayah tanah yang amblas.

Wisatawan juga dapat berkemah di camping ground yang disediakan di sekitar Masjid Rumah Dome. Selain dapat menikmati keunikan bentuk bangunan, para wisatawan juga bisa menginap. Ruangan yang disediakan ada dua kamar tidur dan lantai atas. Tarif sehari semalam sebesar Rp 75.000 per orang dengan dua kali makan. Di Rumah Dome, wisatawan dapat merasakan bagaimana tinggal di dalam rumah yang unik tersebut.

Rumah yang digunakan merupakan rumah penduduk yang pindah karena belum bisa menyesuaikan dengan bangunan seperti ini. “Akhirnya mereka bikin rumah lagi di tanah mereka yang lain yang lebih aman,” kata Sakiran.

Lokasi wisata ini juga menyediakan permainan anak-anak. Segala macam permainan tradisional dapat ditemukan di sini. Menurut pengelola nantinya akan dikembangakan dengan mandi bola, kereta listrik, sepeda unik serta pemancingan anak-anak. Lahan parkir juga disediakan, dengan tarif Rp 500 untuk sepeda, Rp 1,000 untuk sepeda motor serta mobil sebesar Rp 2.000. Sebelum meninggalkan lokasi wisata, anda juga bisa membeli oleh-oleh berupa souvenir miniatur Rumah Dome seharga Rp 10.000, gantungan kunci Rp 10 ribu, kaos bergambar Rumah Dome Rp 35.000 sampai Rp 40.000. Sedangkan mug Rp 2.000. Selain itu anda juga dapat membeli CD rekaman tentang tanah yang amblas, diambil setelah peristiwa gempa, seharga Rp 10.000. Selamat berwisata di rumah unik di Rumah Dome Yogyakarta.

(c) ITH Kontributor: Stiawan Wendy (Yogyakarta)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar